Hai Para pecinta Bloger kali ini fakhri mau membuat artikel yang
berhubungan dengan batu permata , di antara kalian pasti ada yang suka
dengan namanya batu permata dan saat ini batu permata bacan dan obi yang
sedang diburu oleh para kolektor pecinta batu permata Batu Bacan kini
tengah jadi primadona di kalangan pecinta batu mulia
karena dianggap bernyawa. Harganya bisa mencapai ratusan juta rupiah.
Selain itu, apa saja keunikannya..
Awalnya fakhri tidak mengerti apa yang dimaksud dengan batu bacan
dan obi tapi setelah membaca berita dan Cerita dari teman yang tinggal
di ternate yang bernama VIRA, Fakhri semakin ingin tahu keunikan dari
batu itu ,
Sekilas tentang batu bacan
Batu bacan sudah dikenal pada zaman kesultanan Maluku
Utara, dengan bukti mahkota-mahkota yang dipakai oleh kesultanan di
Maluku Utara terdapat batu permata bacan.Pada 1960an, saat kedatangan presiden RI pertama, Soekarno, di pulau Bacan (kota Labuha), masyarakat memberikan cindera mata berupa batu bacan kepada Presiden Soekarno.
Kelebihan batu bacan berbeda dengan batu-batu permata lainnya dan warnanya bermacam-macam, yaitu hijau, kuning tua,kuning muda,hijau cincau sampai 3 jenis, merah, putih bening, putih susu, warna teh, keunguan, coklat, warna kembang ada 2 sampai 9 warna, hijau muda seperti warna permen relaxa
Batu bacan sudah dikenal sejak tahun 1960an. Batu bacan terdapat di
pulau Kasiruta bukan pulau Bacan, karena pusat pemerintahan terdapat di
Labuha, pulau Bacan maka batu tersebut dinamai batu bacan. Pada masa
itu, jenis batu bacan yang digemari masyarakat adalah warna hati hiu,
kembang super dan warna biru.
Mata pencaharian masyarakat di pulau Kasiruta sebagai petani yang pergi ke kebun mencari damar. Kadang mereka menemukan batu bacan di sungai atau erosi (gunung yang longsor). Petani yang menemukan batu bacan biasanya menukar batu bacan dengan barang-barang sembako. Pada tahun 1990an batu bacan berbentuk bongkahan kurang lebih 10 kg dengan jenis super pertama kali dibeli oleh turis dari Singapura dengan uang ribuan dolar Singapura (yang nilainya ditukar Rupiah pada masa itu sebesar 7 juta ).
Bapak pemilik batu bacan bernama Anongko Golf tinggal di desa Palamea, pulau Kasiruta di sebelah barat. Sekarang desa Palamea sudah menjadi ibukota kecamatan Bacan Barat. Pembelian oleh orang singapura dengan harga batu bacan yang masa itu cukup tinggi menyebabkan batu bacan sudah mulai dikenal di kalangan penggemar batu mancanegara.
Selesai kerusuhan, sekitar tahun 2005 batu bacan mulai banyak peminat. Pembeli yang sangat berminat dengan batu bacan adalah kalangan dari Suku Tionghoa. Mereka membeli batu bacan dengan warna hijau dan biru. Warna yang sangat digemari dan sangat mahal adalah warna hijau dan biru.
Batu bacan warna merah juga mereka cari tetapi sangat sulit didapatkan batu bacan warna merah. Mulai tahun 2009 sampai sekarang, pembeli suku Tionghoa dari Jakarta dan Luar Negeri datang langsung membeli bongkahan batu bacan ke lokasi penambangan di pulau Kasiruta dengan harga yang sangat mahal hingga ratusan juta lebih. Sekarang ini, bongkahan batu bacan sudah sulit didapat.
Ada penambang batu bacan mencari batu bacan bisa mendapatkan 1-2 minggu, ada juga selama berbulan-bulan tidak mendapatkan batu bacan di lokasi. Penambang batu bacan selain penduduk lokal, ada juga yang berasal dari Manado, tetapi mereka tidak bertahan lama karena ongkos hidup penggalian sangat besar dan medan/ lokasi penambangan sangat sulit. Ada penambang batu bacan yang meninggal jatuh korban karena tertimpa batu, tertimpa pohon, dan ada juga yang sakit.
Mata pencaharian masyarakat di pulau Kasiruta sebagai petani yang pergi ke kebun mencari damar. Kadang mereka menemukan batu bacan di sungai atau erosi (gunung yang longsor). Petani yang menemukan batu bacan biasanya menukar batu bacan dengan barang-barang sembako. Pada tahun 1990an batu bacan berbentuk bongkahan kurang lebih 10 kg dengan jenis super pertama kali dibeli oleh turis dari Singapura dengan uang ribuan dolar Singapura (yang nilainya ditukar Rupiah pada masa itu sebesar 7 juta ).
Bapak pemilik batu bacan bernama Anongko Golf tinggal di desa Palamea, pulau Kasiruta di sebelah barat. Sekarang desa Palamea sudah menjadi ibukota kecamatan Bacan Barat. Pembelian oleh orang singapura dengan harga batu bacan yang masa itu cukup tinggi menyebabkan batu bacan sudah mulai dikenal di kalangan penggemar batu mancanegara.
Selesai kerusuhan, sekitar tahun 2005 batu bacan mulai banyak peminat. Pembeli yang sangat berminat dengan batu bacan adalah kalangan dari Suku Tionghoa. Mereka membeli batu bacan dengan warna hijau dan biru. Warna yang sangat digemari dan sangat mahal adalah warna hijau dan biru.
Batu bacan warna merah juga mereka cari tetapi sangat sulit didapatkan batu bacan warna merah. Mulai tahun 2009 sampai sekarang, pembeli suku Tionghoa dari Jakarta dan Luar Negeri datang langsung membeli bongkahan batu bacan ke lokasi penambangan di pulau Kasiruta dengan harga yang sangat mahal hingga ratusan juta lebih. Sekarang ini, bongkahan batu bacan sudah sulit didapat.
Ada penambang batu bacan mencari batu bacan bisa mendapatkan 1-2 minggu, ada juga selama berbulan-bulan tidak mendapatkan batu bacan di lokasi. Penambang batu bacan selain penduduk lokal, ada juga yang berasal dari Manado, tetapi mereka tidak bertahan lama karena ongkos hidup penggalian sangat besar dan medan/ lokasi penambangan sangat sulit. Ada penambang batu bacan yang meninggal jatuh korban karena tertimpa batu, tertimpa pohon, dan ada juga yang sakit.